Bioekologi Tikus Sawah

Bioekologi Tikus Sawah - Bioekologi Tikus sawah atau Rattus argentiventer dapat dicirikan dari bagian punggung berwarna coklat muda berbecak hitam, perut dan dada abu-abu. panjang kepala dengan badan 130-210 mm, ekor 120-200 mm, dan tungkai 34-43 mm. jumlah puting susu tikus betina 12 buah, 3 pasang di dada dan 3 pasang diperut.

Kepadatan populasi OPT tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. serangan tikus dapat terjadi sejak dipersemaian, pertanaman sampai pasca panen. pada persemaian sampai tanaman padi fase vegetatif, populasi tikus umunya masih rendah dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif.

Dilahan yang ditanami padi 1 kali/tahun, puncak populasi hanya terjadi satu kali. sedangkan lahan yang ditanami padi secara terus menerus (2 kali/tahun) puncak populasi akan terjadi 2 kali, yaitu pada saat tanamn fase vegetatif.

Pada saat tanaman fase vegetatif,kebutuhan gizi tikus jantan belum terpenuhi untuk membuahi tikus betina. perkembang-biakannya mulai terjadi saat primordia dan terus berlangsung sampai fase generatif. tikus jantan siap kawin pada umur 60 hari, sedangkan tikus betina siap awin pada umnur 28 hari. masa bunting berlangsung selama 19-23 hari. dua hari stelah melahirkan, tikus betina mampu kawin lagi.

Jumlah anak berkisar 2-18 ekor/induk/kelahiran :

  • Kelahiran I berkisar antara 6-18 ekor/induk
  • Kelahiran II s.d VI berkisar antara 6-8 ekor/induk
  • Kelahiran VII, dst berikisar antara 2-6 ekor/induk

Secara teroritis dari 1 pasang tikus apabila tanpa adanya gangguan musuh alami dapat mencapai kurang lebih 2000 ekor dalam kurun waktu satu tahun.

Perkembanganbiakan tikus dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dilapangan dan kondisi iklim. tikus menyerang padi pada malam hari. pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tangguk irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. pada periode bera, sebagian besar tikus berimigrasi ke daerah perkampngan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif.

Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengna memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/fese, lubang aktif dan gejala serangan. untuk ambang pengendalian tikus dapat melihat pos saya sebelumnya Ambang Pengendaian OPT Padi dan untuk pengendalian tikus dapat melihat pos saya sebelumnya mengenai Pendalian Tikus Sawah. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda, sudi kirannya anda memberi komentar apabila artikel ini bermanfaat. terimakasih atas kunjungannya.

 

Artikel Terkait